Kisah tentang Muhammad Al Fatih dan guru dari masa kecilnya, Aq Syamsuddin. Suatu hari ketika Al Fatih telah menjadi orang besar ia bertanya kepada gurunya perihal kenangan pahit dengan gurunya.
“Guru, aku mau bertanya. Masih ingatkah suatu hari guru menyabetku, padahal aku tidak bersalah waktu itu. Sekarang aku mau bertanya, atas dasar apa guru melakukannya?”
Bertahun-tahun lamanya pertanyaan itu mengendap dalam diri sang murid. Tentu tak mudah baginya menyimpan semua itu. Karena yang disimpannya bukan kenangan indah. Tetapi kenangan pahit yang mengecewakan. Karena tak ada yang mau dipukul. Apalagi dia tidak merasa bersalah.
Gurunya pun menjawab, “Aku sudah lama menunggu datangnya hari ini. Di mana kamu bertanya tentang pukulan itu. Sekarang kamu tahu nak, bahwa pukulan kedzaliman itu membuatmu tak bisa melupakannya begitu saja. Ia terus mengganggumu. Maka ini pelajaran untukmu di hari ketika kamu menjadi pemimpin seperti sekarang. Jangan pernah sekalipun mendzalimi masyarakatmu. Karena mereka tak pernah bisa tidur dan tak pernah lupa pahitnya kedzaliman.”
Mungkin contoh kejadian ini dapat saya sebut mendidik dengan hikmah. Selanjutnya, ada hal yang perlu kita renungkan. Setiap orang tentu pernah mengalami berbagai hal pahit/tidak menyenangkan dalam hidup akibat perkataan atau perlakuan orang lain. Kita telah merasakan bagaimana rasanya diperlakukan dengan tidak menyenangkan. Oleh karena itu, rasanya kita pantas disebut sebagai penjahat jika masih melakukan hal yang tidak menyenangkan yang pernah kita alami kepada orang lain.
Referensi:
http://www.islampos.com/sekarang-mungkin-kamu-kecewa-tapi-nanti-77296/
Comments
Post a Comment