Skip to main content

The Biginners (JDorama)

The Biginners, salah satu dorama yang menarik yang mengisahkan perjuangan sekelompok orang yang menempuh pendidikan di akademi kepolisian. Mereka tidak berada di kelas biasa namun mereka berada di sebuah kelas yang disebut S-Class di akademi kepolisian itu. Mereka memiliki latar belakang kehidupan yang tidak biasa dan hal tersebut juga mempengaruhi karakter mereka. Hal inilah yang mungkin menjadikan mereka berada di S-Class.

Berikut cerita singkatnya.
Karakter utama dalam drama ini adalah Shimura Teppei. Dia bercita-cita menjadi polisi karena keinginan  masa kecilnya untuk menjadi seperti ayahnya yang juga polisi dan didukung juga oleh teman baiknya, Ondo. Walau saat dewasa ia tidak menyukai ayahnya, ia tetap ingin menjadi polisi. Sejak kecil, ayahnya pergi meninggalakan ia, adik, dan ibunya setelah melakukan kesalahan menembak saat bertugas.
S-Class sebenarnya adalah kelas yang diperuntukkan bagi calon polisi yang nantinya hanya sebagai cadangan. Polisi dari S-Class dimungkinkan akan tidak memiliki peran penting dalam kepolisian. Menyadari hal tersebut, Teppei bersama teman-temannya pada akhirnya tetap terus berusaha agar menjadi polisi yang terbaik.
Pada awalnya peserta kelas adalah 9 orang, namun satu orang, Ondo, yang merupakan teman Teppei sejak kecil, memutuskan untuk keluar pada masa awal pendidikan karena penyakit yang dideritanya. Hari-hari berlalu dengan berbagai masalah yang banyak terkait dengan persoalan pribadi masing-masing. Mulai dari masalah sulit memiliki teman, mantan kriminal di masa muda, pacar, gender, dan bisnis orang tua yang akan bankrut. Sementara Teppei punya masalah lain, tekanan malah muncul dari pimpinan akademi, mantan partner ayahnya ketika masih bertugas, yang berusaha agar Teppei tidak menjadi polisi.
Kelas S-Class mendapat berbagai tantangan di akedemi. Pada episode awal, 2 orang dari kelas S-Class diberi kesempatan untuk berada di kelas reguler. Orang yang kemudian diberi hak adalah Tachibana (mantan kriminal) dan Fukuhara (perempuan yang pernah ikut akademi militer). Fukuhara pada akhirnya menolak tawaran setelah mendapatkan jawaban atas masalah pribadinya. Kemudian Tachibana pindah ke kelas reguler namun mendapat tekanan dari ketua kelas dan instruktur di kelas barunya yang meragukan mantan kriminal dapat menjadi polisi. Beberapa hari kemudian Teppei juga dipindah ke kelas reguler atas perintah pimpinan akademi. Namun, pada akhirnya Teppei dan Tachibana kembali ke kelas S-Class.
Ada juga kejuaraan olahraga yang terdiri dari kendo, lari, dan judo dengan kelas reguler. Jika kelas S-Class kalah maka peserta kelas akan dikeluarkan dari akademi.
Pada episode akhir, pimpinan akademi masih berusaha mempengaruhi Teppei dengan menyatakan bahwa Teppei lebih layak menjadi seorang atlet dibanding seorang polisi. Ia mengikutsertakan Teppei dalam pelatihan atletik untuk mengikuti kejuaraan lari. Teppei menjadi juara pertama dalam kejuaraan itu namun ia akhirnya tetap memilih menjadi polisi. Setelah 10 bulan, 8 orang yang ada di S-Class berhasil dilantik menjadi polisi.

Comments

Popular posts from this blog

Rangkaian Sensor Infrared dengan Photo Dioda

Keunggulan photodioda dibandingkan LDR adalah photodioda lebih tidak rentan terhadap noise karena hanya menerima sinar infrared, sedangkan LDR menerima seluruh cahaya yang ada termasuk infrared. Rangkaian yang akan kita gunakan adalah seperti gambar di bawah ini. Pada saat intensitas Infrared yang diterima Photodiode besar maka tahanan Photodiode menjadi kecil, sedangkan jika intensitas Infrared yang diterima Photodiode kecil maka tahanan yang dimiliki photodiode besar. Jika  tahanan photodiode kecil  maka tegangan  V- akan kecil . Misal tahanan photodiode mengecil menjadi 10kOhm. Maka dengan teorema pembagi tegangan: V- = Rrx/(Rrx + R2) x Vcc V- = 10 / (10+10) x Vcc V- = (1/2) x 5 Volt V- = 2.5 Volt Sedangkan jika  tahanan photodiode besar  maka tegangan  V- akan besar  (mendekati nilai Vcc). Misal tahanan photodiode menjadi 150kOhm. Maka dengan teorema pembagi tegangan: V- = Rrx/(Rrx + R2) x Vcc V- = 150 / (1...

Configuring Swap Memory on Ubuntu Using Ansible

If we maintain a Linux machine with a low memory capacity while we are required to run an application with high memory consumption, enabling swap memory is an option. Ansible can be utilized as a helper tool to automate the creation of swap memory. A swap file can be allocated in the available storage of the machine. The swap file then can be assigned as a swap memory. Firstly, we should prepare the inventory file. The following snippet is an example, you must provide your own configuration. [server] 192.168.1.2 [server:vars] ansible_user=root ansible_ssh_private_key_file=~/.ssh/id_rsa Secondly, we need to prepare the task file that contains not only the tasks but also some variables and connection information. For instance, we set /swapfile  as the name of our swap file. We also set the swap memory size to 2GB and the swappiness level to 60. - hosts: server become: true vars: swap_vars: size: 2G swappiness: 60 For simplicity, we only check the...

API Gateway Using KrakenD

The increasing demands of users for high-quality web services create the need to integrate various technologies into our application. This will cause the code base to grow larger, making maintenance more difficult over time. A microservices approach offers a solution, where the application is built by combining multiple smaller services, each with a distinct function. For example, one service handles authentication, another manages business functions, another maintains file uploads, and so on. These services communicate and integrate through a common channel. On the client side, users don't need to understand how the application is built or how it functions internally. They simply send a request to a single endpoint, and processes like authentication, caching, or database querying happen seamlessly. This is where an API gateway is effective. It handles user requests and directs them to the appropriate handler. There are several tools available for building an API gateway, su...

Installing VSCode Server Manually on Ubuntu

I've ever gotten stuck on updating the VSCode server on my remote server because of an unstable connection between my remote server and visualstudio.com that host the updated server source codes. The download and update process failed over and over so I couldn't remotely access my remote files through VSCode. The solution is by downloading the server source codes through a host with a stable connection which in my case I downloaded from a cloud VPS server. Then I transfer the downloaded source codes as a compressed file to my remote server through SCP. Once the file had been on my remote sever, I extracted them and align the configuration. The more detailed steps are as follows. First, we should get the commit ID of our current VSCode application by clicking on the About option on the Help menu. The commit ID is a hexadecimal number like  92da9481c0904c6adfe372c12da3b7748d74bdcb . Then we can download the compressed server source codes as a single file from the host. ...

Deploying a Web Server on UpCloud using Terraform Modules

In my earlier post , I shared an example of deploying UpCloud infrastructure using Terraform from scratch. In this post, I want to share how to deploy the infrastructure using available Terraform modules to speed up the set-up process, especially for common use cases like preparing a web server. For instance, our need is to deploy a website with some conditions as follows. The website can be accessed through HTTPS. If the request is HTTP, it will be redirected to HTTPS. There are 2 domains, web1.yourdomain.com and web2.yourdomain.com . But, users should be redirected to "web2" if they are visiting "web1". There are 4 main modules that we need to set up the environment. Private network. It allows the load balancer to connect with the server and pass the traffic. Server. It is used to host the website. Load balancer. It includes backend and frontend configuration. Dynamic certificate. It is requ...

Deliver SaaS According Twelve-Factor App

If you haven't heard of  the twelve-factor app , it gives us a recommendation or a methodology for developing SaaS or web apps structured into twelve items. The recommendation has some connections with microservice architecture and cloud-native environments which become more popular today. We can learn the details on its website . In this post, we will do a quick review of the twelve points. One Codebase Multiple Deployment We should maintain only one codebase for our application even though the application may be deployed into multiple environments like development, staging, and production. Having multiple codebases will lead to any kinds of complicated issues. Explicitly State Dependencies All the dependencies for running our application should be stated in the project itself. Many programming languages have a kind of file that maintains a list of the dependencies like package.json in Node.js. We should also be aware of the dependencies related to the pla...